Senin, 25 November 2013

Kegiatan penyuluh pertanian tentang pupuk organik di kecamatan gunung halu kabupaten bandung barat


Kegiatan Konsultan pertanian mengadiri pasar lelang komoditi pertanian


Kegiatan pelatihan pemanfaatan pekarangan di yayasan ululazmi


fhoto kegiatan konsultan pertanian



Riwayat Perusahaan CV Ali Alam Persada

  •  CV Ali Alam Persada adalah perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang mempunya produk unggulan yakni Formula Pupuk dengan  brand Pupuk Fey Organik yang terdiri dari Pupuk Tanah Organik Cair ( PTOC ),Pupuk Organik Cair dan Pestisida Nabati
  • CV. Ali Alam Persada memutuskan untuk focus di bidang pupuk organik dengan ide pendirian ketika banyak masalah pertanian dan tidak dapat terpecahkan, Bapak Alinudin Hukubun sp menemukan solusi untuk tanah,tanaman dan hama.
  • Maksud dan tujuan didirikan CV Ali Alam Persada  adalah memberikan pelayan terbaik kepada pelanggan dengan mengandalkan produk formula pupuk yang berkualitas dan memiliki teknologi tinggi di bidang pertanian dan perkebunan, serta memajukan pertanian, perkebunan dan peternakan di Indonesia

Pembentukan Garut selatan

GARUT, TRIBUN - Komisi II dan Badan Legislasi DPR RI meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadi dasar pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Garut Selatan. Ketuk palu pembentukan daerah pemekaran dari Kabupaten Garut ini pun tinggal menghitung hari.Ketua Komite Persiapan Pembentukan Kabupaten Garut Selatan (KP2-KGS) sekaligus anggota DPRD Kabupaten Garut, Dedi Kurniawan, mengatakan tahap harmonisasi RUU tersebut telah selesai pada rapat di DPR RI, Rabu (16/10). Menurut Dedi, pembentukan DOB Kabupaten Garut Selatan menjadi prioritas DPR. "Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden untuk mendapat Amanat Presiden. Kemudian, nanti kalau sudah ada Amanat Presiden, akan dibahas di Kemendagri," kata Dedi di Kantor DPRD Kabupaten Garut, Kamis (17/10). Menurut Dedi, langkah-langkah yang dilakukan setelah harmonisasi di DPR RI ini hanyalah tahapan normatif. Diperkirakan, ketuk palu pengesahan DOB Kabupaten Garut Selatan pun akan dilaksanakan pada akhir 2013 melalui rapat paripurna, setelah dibahas di Kementerian Dalam Negeri.Anggota Komisi II DPR RI, Nu'man Abdul Hakim, mengatakan sebelum pembentukan DOB Kabupaten Garut Selatan, pembentukan DOB Kabupaten Bogor Barat dan Kabupaten Sukabumi Utara lebih diutamakan. Sebab, ucapnya, pengajuan dua DOB ini dilakukan sebelum pengajuan DOB Pangandaran yang telah disahkan beberapa bulan lalu. "Ada lebih dari 100 ajuan DOB baru masuk DPR. Kami memilahnya berdasarkan prioritas. Nanti diperhitungkan kondisi daerah terpencilnya, daerah terbelakangnya, dan diutamakan yang masuk kawasan perbatasan dengan negara lain," kata Nu'man saat dihubungi melalui sambungan telepon. Setelah dibahas di DPR RI, ucapnya, Kementerian Dalam Negeri akan mengkajinya kembali berdasarkan beberapa faktor, di antaranya kelayakannya menjadi DOB dan pembiayaannya. Walaupun mengutamakan DOB Kabupaten Bogor Barat dan Kabupaten Sukabumi Utara, ucapnya, pembentukan DOB Kabupaten Garut pun diprioritaskan setelahnya. DOB Kabupaten Garut Selatan terdiri atas 16 kecamatan dengan 141 desa, di antaranya Kecamatan Banjarwangi, Bungbulang, Caringin, Cibalong, Cihurip, Cikajang, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pameungpeuk, Pakenjeng, Pamulihan, Peundeuy, Singajaya, dan Talegong. (*) sumber : http://jabar.tribunnews.com/2013/10/17/pemekaran-garut-selatan-segera-terwujud

Sabtu, 23 November 2013

PROGRAM KERJA CV ALI ALAM PERSADA


PROGRAM KERJA CV ALI ALAM PERSADA •Program Kerja Jangka Pendek 2014 1.Membuat cabang – cabang Konsultan Pertanian di Kota dan Kabupaten di Jawa barat 2.Mendirikan Kantor Konsultan Pertanian pusat 3.Memperluas pasar pupuk organic di Jawa Barat 4.Membeli kebun percontohan •Program Kerja Jangka menengah 2014 -2016 1.Membuat cabang – cabang Konsultan Pertanian di Kota dan Kabupaten di Jawa barat 2.Mendirikan Kantor Konsultan Pertanian pusat 3.Memperluas pasar pupuk organic di Jawa Barat 4.Membeli kebun percontohan 5.Membuat Pabrik pupuk organic 6.Membuat usaha pulsa 7.Membuat percetakan 8.Membuat toko pertanian 9.Membuat peternakan domba 10.Membuat perkebunan Kelapa sawit 11.Membuat perkebunan karet •Program Kerja Jangka menengah 2014 -2019 1.Membuat cabang – cabang Konsultan Pertanian di Kota dan Kabupaten di Jawa barat 2.Mendirikan Kantor Konsultan Pertanian pusat 3.Memperluas pasar pupuk organic di Jawa Barat 4.Membeli kebun percontohan 5.Membuat Pabrik pupuk organic 6.Membuat usaha pulsa 7.Membuat percetakan 8.Membuat toko pertanian 9.Membuat peternakan domba 10.Membuat pabrik besar pupuk organic padat dan cair 11.Membuat perkebunan Kelapa sawit 12.Membuat perkebunan karet

Selasa, 19 November 2013

Aplikasi teknologi EM bidang pertanian dapat dilakukan dalam bentuk :

Aplikasi teknologi EM bidang pertanian dapat dilakukan dalam bentuk : 1. Bokashi Padat 2. Bokashi Cair 3. EM Aktif 4. Fermentasi Ektrak Tanaman 5. Fermentasi Sari Buah 6. Fermentasi Kaldu Ikan 7. EM-5 1. Bokashi Padat Merupakan pupuk organic yang dibuat dari kotoran hewan, sampah, organic, jerami, sekam, serbuk kayu, serasah dan lain – lain, dicampur ( dedak, disiram, dengan EM dan Molase, selanjutnya difermentasi. Setelah difermentasi 1-2 minggu campuran bahan organic telah menjadi pupuk siap pakai, ditandai dengan adanya bau tape serta miselium putih dari cendawan mukor. Penggunaannya dibenamkan kedalam tanah disekitar daerah perakaran tanaman. Pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman akan lebih baik lagi bila disertai siraman EM-aktif setiap 1 – 2 minggu sekali. 2. Bokashi Cair Dibuat dari kencing hewan ( sapi, babi, kelinci ) diberi/dicampu dengan EM dan molase difermentasi selama kurang lebih seminggu. Cara penggunaanya dicampur dengan air disiramkan ke tanah disekitar daerah perakaran. Sangat baik disiramkan diatas taburan bokashi. Enggunaan secara rutin selain memperbaiki fisik dan kimia tanah, dapat menekan berbagai pathogen secara efektif. 3. Fermentasi Ektrak Tanaman Formula ini lebih dikenal dengan nama fermented plant ekstrak (FPE) FPE dapat dibuat dari campuran berbagai tanaman rempah dan obat, tanaman yang berbau khas diambil daunnya saja, batang, kulit akar maupun buah. Bagian-bagian tanaman ini diektrak dan difermentasi dengan EM dan molase selama seminggu. 4. EM Aktif Dibuat dari EM asli dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya diencerkan lagi dengan air sampai mencapai konsentrasi 1-2 permil disemprotkan pada daun tanaman atau disiramkan kedalam tanah. FPE dapat dipergunakan sebagai pengganti pestisida maupun fungisida, disemprotkan pada daun diatas tanah. Setiap hama biasanya peka terhadap ramuan tertentu. Meramu FPE merupakana seni tersendiri.. Banyak petani membuat ramuan sendiri untuk memberantas hamanya, tetapi Pak Oles telah membuat ramuan siap pakai yang diberi nama SAFERTO-5 ( Sari Fermentasi Tanaman Obat ) FPE disemprotkan pada tanaman secara berkesinambungan setiap 2 minggu. Karena pengaruh antioksidan dan bau yang khas, hama tidak kerasan dan pergi meninggalkan tanaman dengan tidak akan ada eksplosi dari hama. 5. Fermentasi Sari buah Pada musim buah-buahan yang terbuang Buah-buah yang telah masak ini banyak mengandung nutrisi. Buah ini dapat diolah menjadi pupuk cair disemprotkan pada daun setelah buah-buahan diekstrak dan difermentasi dengan EM dan Molase. Produksi yang serupa namun bahannya dari rumput laut, telah dibuat oleh pak Oles dengan merek dagang SARULA-3. Penyemprotan tanaman secara rutin dengan formula ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah. 6. Fermentasi Kaldu Ikan Seperti halnya sari buah, kaldu ikan juga kaya akan nutrisi, kaldu ikan dapat dibuat menjadi pupuk cair disiramkan kedalam tanah untuk memperbaiki fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam pembuatannya ikan dipotong kecil-kecil direbus dan setelah kaldunya dingin difermentasi dengan air dan molase. Fermentasinya lebih lama sekitar 1 bulan. Fermented Fish Emulsion ini siap pakai bila telah tercium bau alcohol. Bila busuk berarti pembuatannya gagal karena terkontaminasi pathogen. 7. EM-5 EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen. Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan serta type tanah, aplikasikan teknologi EM dibidang pertanian dibedakan dalam 3 cara : 1. Aplikasi EM dilahan basah untuk tanaman padi sawah 2. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman palawija, sayuran dan tanaman semusim 3. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman tahunan seperti buah-buahan, cengkeh, kopi, kakau dan lain-lain. Bahan-bahan untuk dijadikan makanan ikan June 19, 2009 Posted by angah08 in Uncategorized. add a comment 1. Bahan Hewani 1. Tepung Ikan Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3 1. Telur Ayam dan Itik 1. 1. Bahan: telur mentah atau telur rbus. 2. Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi. 3. Kandungan gizinya: Protein=12,8%, Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74% 2. Dedak Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah= 8. 1. Tepung Ampas Tahu Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%, Air=10,43%. 2. Tepung Bungkil Kacang Tanah Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang. Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya. Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%, Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%, Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4. 1. Bungkil Kelapa Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%. Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%, Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%, Air=13,35%. 2. Tepung Daun Turi(Geti) Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya. Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%, Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%, Air=11,97 % 1. Tepung Daun Ketela Pohon Kelemahannya: racun HCN/asam biru. Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%, Karbohidrat=14,69%, Air=0,12. 1. Kiambang Kecil 43 protien 2. Ulat hampassoya dan sawit 45% protien June 19, 2009 Posted by angah08 in Uncategorized. add a comment

Jasa konsultan Pertanian

Konsultasi Budidaya Pertanian. Konsultasi Pemeliharaan Tanaman. Konsultasi Pemupukan Tanaman. Konsultasi Pengendalian Gulma. Konsultasi Teknologi Pertanian. Konsultasi Hama Tanaman. Konsultasi Penyakit Tanaman. Konsultasi Budidaya Pertanian Organik. Konsultasi Paket Sarana Produksi Pertanian. Konsultasi Pembenihan dan Pembibitan Tanaman. Konsultasi Penanganan Pascapanen. Konsultasi Ekonomi-Pertanian. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Hasil Panen. Reklamasi Lahan Pertanian. Analisa Harga Jual Lahan Pertanian. Analisis Unsur Hara Lahan Pertanian. Analisa Usaha Pertanian. Pembuatan Proposal Usaha Pertanian. Bisa hubungi alinudin Hukubun, SP Hp 082120098976 email alinudin@yahoo.com Diposkan oleh Alinudin di Sabtu, Juni 15, 2013 Tidak ada komentar: Link ke posting ini Sabtu, April 06, 2013 jasa Konsultan Pertanian yang kami tawarkan meliputi : jasa Konsultan Pertanian yang kami tawarkan meliputi : Konsultasi Budidaya Pertanian. Konsultasi Pemeliharaan Tanaman. Konsultasi Pemupukan Tanaman. Konsultasi Pengendalian Gulma. Konsultasi Teknologi Pertanian. Konsultasi Hama Tanaman. Konsultasi Penyakit Tanaman. Konsultasi Budidaya Pertanian Organik. Konsultasi Paket Sarana Produksi Pertanian. Konsultasi Pembenihan dan Pembibitan Tanaman. Konsultasi Penanganan Pascapanen. Konsultasi Ekonomi-Pertanian. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Hasil Panen. Reklamasi Lahan Pertanian. Analisa Harga Jual Lahan Pertanian. Analisis Unsur Hara Lahan Pertanian. Analisa Usaha Pertanian. Pembuatan Proposal Usaha Pertanian. Bisa hubungi alinudin Hukubun, SP Hp 082120098976 email alinudin@yahoo.com

Rencana Program Kerja CV Ali Alam Persada

Rencana Program Kerja CV Ali Alam Persada A. Rencana Program Kerja CV Ali Alam Persada Program kerja yang direncanakan dan dilaksanakan oleh CV Ali Alam Persada Kabupaten Bandung mencakup tiga kategori program, yaitu program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Program-program yang telah disusun dan akan dilaksanakan oleh CV Ali Alam Persada pada Periode 2008 – 2013 adalah sebagai berikut : 1. Program Kerja Jangka Pendek Periode Tahun 2014 Ø Penyusunan Program kerja Ø Penyusunan RAB Ø Penyusunan Profosal Ø Penyusnan perizinan Ø Produksi pupuk organik cair Ø Produksi pupuk organik padat Ø Penyunan strategi pemasaran Ø Mendirikan konsultan pertanin Ø Melengkapi peralatan kantor Ø Membuat label 2. Program Jangka Menengah periode 2014 - 2016 Ø Produksi pupuk organik cair (punik) Ø Produksi pupuk organik padat Ø Memperluas pemasaran pupuk organik cair Ø Mempersentasekan pupuk organik cair Ø Membuat outlet tanaman hias Ø Pembuatan demplot Ø Mendirikan Kantor Ø Konsultan Pertanian 3. Program Kerja Jangka Panjang 2014 – 2019 Ø Membeli rumah untuk kantor Ø Membeli tanah untuk penelitian Ø Memasarkan pupuk organik cair keseluruh jawa Barat Ø Membuat jaringan pemasaran dengan bentuk kemitraan Ø Mendiikan pabrik pupuk organik B. Tujuan Program Tujuan yang diharapkan melalui program kerja CV Ali Alam Persada Adalah : 1. Meningkatkan hasil pertanian yang berwawasan lingkungan 2. Meringankan kebutuhan pupuk para petani 3. Meningkatkan pembangunan pertanian berwawasan lingkungan 4. Mensejahterakan para petani pada khususnya dan umumnya bagi masyarakat 5. Membantu dalam proyek-proyek pemerintah khusunya dalam bidang pertanian C. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari program-program CV Ali Alam Persada adalah : Perusahaan harus mampu memahami dan mengenali masalah-masalah soasil ekonomi yang dihadapinya , memahami dan mengenali potensi dan kekuatan yang dimilikinya, memahami dan mengenali lingkungannya yang dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi, serta mampu merumuskan apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menjalin kerjasama dengan petani, koperasi, pengusaha dan pemerintah
Mengurangi ketergantungan petani bahan kimia dan beralih memakai pupuk organik D. Ruang Lingkup Program Kerja Ruang lingkup Program kerja CV Ali Alam Persada adalah Memproduksi Pupuk organik cair (punik) Memproduksi pupuk organik padat Konsultan pertanian Ø Menerima Konsultasi pertanian Ø Proyek Ø Analisa keuangan Ø Jurnal 4 . Menjual tanaman hias 5. Pelaku Usaha pertanian 6. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program 7. Monitoring dan evaluasi 8. Pelaporan E. Sasaran Program Kerja Sasaran dari program-program yang akan dilaksanakan oleh CV Ali Alam Persada meliputi pihak-pihak yang terkait langsung dengan proses produksi, distibusi dan konsumsi pertanian. Produsen usaha pertanian, meliputi a. Petani Ø Petani Sayuran Ø Petani Buah-buahan Ø Petani Tanaman Hias Ø Petani Perkebunan Ø Petani tanaman pangan Ø Petani Obat - obatan b. Pengusaha Ø Sayuran Ø Buah – buahan Ø Tanaman Hias Ø Perkebunan Ø Tanaman Pangan Ø Obat-obatan c. Asosiasi bidang pertanian d. Kelompok tani e. Organisasi pertanian f. Toko pertanian g. Disributor pupuk h. Pemerintah (kabupaten, propinsi

Fhoto kegiatan pa alinudin seorang konsultan pertanian

Potensi Agribisnis Kabupaten Garut

Karateristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian selatan sebagian besar permukaannnya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah –sejajar dengan permukaan laut, hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500-100 m dpl terdapat di Kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat di katagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan jenis tanah dan medan topografi di Kabupaten Garut, penggunaan lahan secara umum di Garut Utara digunakan untuk persawahan dan Garut Selatan didominasi oleh perkebunan dan hutan. Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Garut tersebut, peran sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) masih merupakan sektor andalan. Wakil Menteri Pertanian RI, Dr. Rusman Heriawan mengatakan, kawasan Cikajang di Kabupaten Garut merupakan dataran tinggi yang intensitas pertaniannya sangat signifikan. Tak heran jika Kabupaten Garut sanggup menyumbangkan produk holti sekitar 50% bagi Jawa Barat, dan sekitar 6% hingga 7% bagi nasional. Pernyataan Wamen itu diungkapkan usai membuka Jambore Varietas Hortikultura Dataran Tinggi tingkat Nasional 2012 di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Rabu (6 – 9 Juni 2012). Jambore varietas Hortikultura tersebut bertujuan untuk mempertemukan antara petani dengan pengusaha atau lembaga lainnya sebagai penghasil varietas unggulan. 1)Taman Pangan Unggulan Secara nasional, Kabupaten Garut belum menjadi salah satu sentra produksi pangan, tetapi untuk lingkup Jawa Barat berpotensi kuat menjadi sentra produksi padi, jagung, dan kedelai. Khusus mengenai produksi padi, Garut memiliki komoditas spesifik lokal yaitu padi Sarinah yang menjadi unggulan khas daerah. Benih padi varietas unggul nasional yang dominan digunakan ialah IR 64, Ciherang, Membramo, Way Apo Buru, dan Cisadane. Namun sejak Tahun 1995, varietas lokal Sarinah mulai dikenal luas di Garut. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karang Pawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong. Selain memiliki iklim yang sangat cocok untuk menunjang pertanian, Kabupaten Garut juga sangat potensial untuk menghasilkan varietas baru –salah satunya, bibit kentang jenis Fik-Ri. Varietas ini tidak diragukan lagi keunggulannya karena produksinya yang sangat berlimpah, yakni mencapai 35 ton per hektar, atau lebih tinggi 10 ton di atas produk nasional yang hanya mencapai 25 ton per hektar. Varietas Fik-Ri merupakan produk penangkar melalui Koperasi Penangkar Benih Kentang (KPBK) kabupaten Garut bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang Bandung. Kentang tersebut dikembangkan khusus untuk pengganti nasi. Peluang agribisnis jagung di Jawa Barat dan khususnya di Kabupaten Garut masih cukup menjanjikan. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Kabupaten Garut adalah Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan, Peundeuy, Caringin, Pamulihan, Cikajang, Banyuresmi, Cibalong, Samarang, dan Leuwigoong. Penanaman jagung di Garut sebagian besar menggunakan lahan sawah dan lahan kering dengan sistem rotasi tanaman yang mengikuti pola tanam padi-padi-jagung (dilahan sawah) dan jagung-kedelai-kacang tanah atau kacang tanah-jagung-bera atau jagung-jagung-bera (di lahan kering). Keragaman pola tanam tersebut memberikan peluang bagi pengembangan jagung secara berkelanjutan. Kabupaten Garut mengkontribusi sebesar 40,44% bagi Provinsi Jawa Barat dan kontribusi terhadap Nasional sebesar 29% jagung hibrida. Dengan peningkatan produksi yang besar setiap tahunya, Garut layak menjadi Kabupaten Jagung. Dan pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2012, Kabupaten Garut melaksanakan Panen Perdana Jagung Hibrida yang diselenggarakan di Desa Dangdeur, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Acara panen perdana jagung dibuka oleh Menteri Pertanian RI, DR. Ir. Suswono, MMA. Beberapa kecamatan yang potensial untuk dijadikan sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Garut adalah Talegong, Pamulihan, Cikelet, Cibalong, Cisompet, Peundeuy, Bayongbong, Wanaraja, Tarogong Kidul, Cibatu, dan Karang Tengah. Secara ekonomis, peluang pengembangan kedelai di Kabupaten Garut semakin terbuka apabila dapat disinergikan dengan usaha peternakan dan atau penggemukan ternak (khususnya domba). Untuk itu, agroindustri tempe dan tahu sebagai tahapan peningkatan nilai tambah kedelai perlu ditumbuhkembangkan. Dengan demikian, pasar kedelai semakin kompetitif dan usaha taninya semakin intensif. Secara umum, pola tanam kedelai di Kabupaten Garut adalah padi-padi-kedelai (di lahan sawah) dan jagung-kedelai-kacang hijau-kacang tanah (di lahan kering). Berdasarkan pola tanam tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan komoditas kedelai di Kabupaten Garut membutuhkan upaya yang intensif, khususnya dalam mengantisipasi kekosongan produksi pada musim tanam pertama; ketepatan dan kesesuaian masa tanam; serta kesesuaian agroklimat –yang merupakan constraint bagi pengembangan kedelai di daerah tersebut. 2)Tanaman Sayuran Unggulan Sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Sedangkan komoditas sayuran lainnya masuk kedalam kelompok unggulan prioritas kedua, namun sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama tanaman sayuran adalah Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Samarang, Cisurupan, dan Wanaraja. Dataran tinggi ini tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Pamulihan, Cikajang, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan Pasirwangi sangat potensial untuk pengembangan kentang. Komoditas cabe merah yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Tomat merupakan komoditas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pemenuhan bahan baku industri makanan. Industri makanan yang banyak memerlukan tomat terutama industri pembuatan saus tomat yang dikemas dalam berbagai kemasan. Selain industri pembuatan saus, komoditas tomat juga banyak diperlukan oleh pedagang minumam buah olahan yang disajikan dalam bentuk jus tomat. Cagarit, sebuah nama cabe rawit khas Garut, yang berasal sinonim Cabe Garut Rawit. Nama tersebut secara spontan diberikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Dede M. Yusuf Effendi, dihadapan 350 petani hortikultura, dalam kemasan acara Jambore PHT (Pengendalian Hama Terpadu) Hortikultura Kabupaten Garut 2010, di halaman TPA (Tempat Petirahan Anak) Kecamatan Cisurupan Garut, Rabu 24 November 2010. Bahkan dengan diperkenalkannya cabe rawit khas Garut –Cagarit, wagub berharap dapat mengangkat citra petani hortikultura. 3) Tanaman Buah-buahan Unggulan Garut mempunyai potensi keragaman agro-klimat yang sesuai untuk pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, salah satu diantaranya adalah tanaman jeruk siam garut (citrus nobilis var. Micocarpa) dan keprok garut (citrus nobilis var. Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var. Raticula) serta jeruk manis (Citrusnobilis var. sinensis). Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok Garut merupakan terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya. Jeruk dapat tumbuh baik hampir di setiap jenis tanah kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Jeruk sebaiknya dibudidayakan pada tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung berliat dengan pH tanah optimum antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agro-klimat ini dapat ditemui di Kabupaten Garut, diantarany atanaman jeruk Garut terdapat di Kecamatan Pasirwangi, Samarang, Cilawu, Cisurupan dan Karangpawitan. Tujuan pasar untuk buah jeruk di Garut ditujukan untuk konsumen di wilayah Garut dan sekitar wilayah Jawa Barat serta Jakarta. Pada acara Jambore Pengendalian Hama Terpadu Hortikultura Kabupaten Garut 2010 dengan mengambil tema: “Dengan Jambore PHT Hortikultura, Kita Tingkatkan Kemandirian Petani Melalui Peningkatan Peran Agroklinik untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan”, di halaman Tempat Petirahan Anak Kecamatan Cisurupan Garut, Rabu 24 November 2010. Juga, telah diperkenalkan varietas alpukat khas garut Sindangreret yang diharapkan akan semakin mengangkat citra Jawa Barat sebagai Daerah Agrokultur, sehingga akan semakin kuat ikon Jawa Barat sebagai penghasil pertanian di Indonesia. 4)Tanaman Perkebunan Unggulan Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) sudah diekspor dalam bentuk akar sejak Tahun 1918. Seiring dengan berkembangnya agroindustri penyulingan akar wangi, maka ekspor pun bergeser ke minyak akar wangi. Secara riil, perkembangan ekspor dan nilai minyak akar wangi Indonesia masih fluktuatif, hal ini bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan pasar dunia, tetapi lebih disebabkan oleh fluktuasi produksi akar wangi dan kualitas minyak akar wangi di dalam negeri. Secara ekologis, Kabupaten Garut dengan karakteristik agroekosistemnya sangat potensial bagi pengembangan agribisnis akar wangi. Karena akar wangi tumbuh dan akan menghasilkan minyak yang baik pada ketinggian di atas 700 m (600-1500 m) di atas permukaan laut, dengan suhu optimal 170C-270C dan curah hujan antara 200-2000 mm per tahun. Tanah yang baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang gembur atau tanah yang berpasir, seperti tanah yang mengandung abu vulkanis. Secara agroekologis, kecamatan Samarang (615 ha), Leles (750 ha), Bayongbong (170 ha), dan Cilawu (150 ha) merupakan kecamatan-kecamatan basis bagi pengembangan akar wangi di kabupaten Garut. Kemampuan teknis budidaya para petani akar wangi di Kabupaten Garut sudah baik dan teruji secara layak, baik secara teori maupun atas dasar pengalaman yang cukup lama dalam budidaya akar wangi. Di Kabupaten Garut terdapat sekitar 24 unit usaha penyulingan akar wangi –namun pada umumnya unit usaha tersebut belum mengetahui standar; teknis produksi; dan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pasar dunia. Apalagi sampai pada kriteria spesifik, seperti untuk industri obat-obatan dan produk kosmetika. Kabupaten Garut yang sebagian besar wilayahnya baik di sebelah utara, timur, barat, maupun selatan berupa lahan kering yang berbukit, lereng, dan bergunung sangat potensial bagi pengembangan komoditas aren. Hingga kini, aren belum dibudidayakan secara intensif oleh masyarakat, bahkan kedudukannya pun masih dipandang sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang tumbuh secara liar. Padahal komoditas yang berbasis pada sumberdaya lokal tersebut sangat potensial memberi peluang secara ekonomi, bahkan melalui ekspor dapat menjadi sumber devisa yang diperhitungkan di masa yang akan datang. Hampir semua bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya: akar (untuk obat tradisional guna menghilangkan pegal-pegal di badan), batang untuk berbagai macam peralatan dan bahan bangunan, daun muda atau janur untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut daun kawung, ijuknya dimanfaatkan untuk sapu, dan tulang daun aren digunakan untuk sapu lidi. Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira bahan pembuat gula merah, gula semut, cuka, pati atau tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan atau minuman. Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi teh andalan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya, Banjarwangi, Cisurupan, Cilawu dan Pakenjeng. Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia. Usaha tani tembakau (Nicotiana tabacum L) sudah dilaksanakan sejak lama oleh para petani di Kabupaten Garut. Tembakau merupakan suatu komoditas yang merupakan pilihan sebagian besar petani di Kabupaten Garut. Sentra produksi tembakau di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Tarogong Kaler, Wanaraja, Leles, Cibiuk dan Kadungora. Jumlah varietas tembakau rakyat yang diusahakan para petani di Kabupaten Garut cukup banyak diantaranya Kedu Omas, Kedu Hejo, Kedu Jonas, Kedu Rancing, Palumbon, Gambung, Cere, Virginia Garut dan lainnya. Beberapa varietas tersebut menghasilkan tembakau mole yang memiliki aroma serta cita rasa khas tembakau Garut sehingga tembakau mole Garut memiliki keunggulan dan prospek pasar yang sangat cerah karena memiliki kelas kualitas tersendiri sebagai sumber bahan baku beberapa perusahaan pabrik rokok dalam negeri. 5)Peternakan Unggulan Jenis ternak ruminansia besar yang penting bagi kehidupan masyarakat Kabupaten Garut, khususnya untuk masyarakat Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang serta sebagian kecil Samarang dan Pamulihan adalah sapi perah yang mampu memberikan manfaat ganda bagi pengadaan pangan, yaitu sebagai penghasil susu, serta penghasil daging. Sebagian besar sebaran ternak sapi perah berada di Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan dan Cikajang, sedangkan sebagian kecil berada di Kecamatan Pamulihan, Samarang, Banjarwangi, Pasirwangi, Karangpawitan dan Wanaraja. Ternak unggulan lain untuk ruminansia besar ini adalah sapi potong. Sapi potong, selain sebagai penghasil daging, juga memberikan kontribusi besar bagi penyedia tenaga kerja di sawah bersama dengan ternak kerbau, khususnya sawah dengan kontur berbukit yang tidak mungkin diolah menggunakan traktor. Fungsi ganda dari kerbau dan sapi potong menjadi alasan mengapa petani menganggap penting untuk memelihara ternak ini. Daerah dengan konsentrasi ternak sapi potong yang tinggi adalah Kecamatan Pameungpeuk. Penyebaran sapi potong secara geografis menyebar di utara dan selatan, hanya jenis ternaknya berbeda. Di wilayah utara berkembang penggemukan sapi FH jantan, terkonsentrasi di beberapa daerah sekitar daerah sapi perah, seperti Kecamatan Leles, Garut Kota, Wanaraja, Karangpawitan dan daerah lainnya. Adanya beberapa kecamatan yang mengembangkan sapi FH jantan, menunjukkan bahwa pengembangan ternak potong sudah memperhatikan aspek-aspek keterkaitan antar daerah sumber bibit dan daerah penggemukan yang cenderung mendekati potensi limbah industri (ampas tahu sebagai pakan ternak) serta mendekati konsumen. Sapi potong lokal dan persilangannya terkonsentrasi di wilayah selatan, khususnya Kecamatan Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Cisompet dan Bungbulang. Khusus untuk pengembangan peternakan sapi potong di Kecamatan Bungbulang, pengembangan sapi potong memperoleh perhatian yang sangat besar dari Pemerintah Jawa Barat, terkait dengan pengembangan kawasan Agribisnis Cipamatuh. Kabupaten Garut juga merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di Kecamatan Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Bungbulang, Cibalong, Singajaya, Samarang, Wanaraja, dan Malangbong. Di beberapa kecamatan seperti Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Samarang dan Cisurupan, ternak domba berkembang dalam lokasi yang sama dengan peternakan sapi perah. Sebelum peternakan sapi perah berkembang di daerah ini, domba merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini, dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba Priangan. Pola pemeliharaan domba yang umum dilakukan masyarakat di wilayah utara adalah pola intensif, dimana sepanjang hari domba dikandangkan, pakan diberikan dengan cara cut and carry. Dalam pemeliharaan intensif, memungkinkan limbah kandang dimanfatkan sepenuhnya untuk pupuk pertanian. Dengan demikian limbah kandang –disamping domba sebagai output utama, dapat memberikan kontribusi penghasilan bagi peternak. Secara umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan domba yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan –karena lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara diangon (ekstensif) atau semi intensif. Dari semua kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Garut, hanya wilayah kecamatan Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan yang hampir semua pakan hijauannya sudah termanfaatkan. Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan merupakan daerah budidaya sapi perah. Ketiga wilayah kecamatan tersebut sangat kecil peluangnya untuk menambah lagi ternak ruminansia besar terutama apabila tidak usaha membuka lahan baru untuk penanaman rumput unggul. Dengan kata lain ketiga kecamatan tersebut sudah jenuh untuk penambahan populasi ternak ruminansia. Wilayah kecamatan yang masih terbuka untuk pengembangan ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba maupun kambing) adalah kecamatan Caringin, Bungbulang, Pakejeng, Cikelet, Cisompet, Peundeuy, Banjarwangi, Karangpawitan, Wanaraja, Banyuresmi, Leuwigoong, Balubur Limbangan dan Selaawi. Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu. Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta kulit domba dan kambing. 6) Perikanan Unggulan Komoditas unggulan perikanan laut didominasi oleh ikan layur, kemudian diikuti oleh ikan tongkol dan kakap yang merupakan hasil tangkapan dengan alat pancing dan jaring. Produksi ikan dari Kabupaten Garut sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Garut. Tingginya jumlah ikan segar yang masuk Kabupaten Garut merupakan tantangan dan peluang pasar dalam hal peningkatan produksi ikan di Kabupaten Garut. Pengembangan komoditas perikanan darat dapat ditempuh melalui usaha penerapan teknologi tepat guna. Pemanfaatan sawah untuk areal mina padi perlu terus ditingkatkan. Begitu juga dengan pemanfaatan perairan umum, baik melalui usaha budidaya ikan dengan sistem karamba, karamba jaring apung, sistem pagar atau hampang merupakan alternatif yang dapat dikembangkan mengingat Kabupaten Garut mempunyai potensi kolam dan sungai yang cukup besar. Komoditas yang bisa dikembangkan dengan sistem ini adalah ikan mas, nilem dan nila. Tampaknya pengembangan budidaya ikan dengan kolam air deras untuk memelihara ikan mas, akan tersisih oleh sistem budidaya dengan karamba jaring apung, karena selain keunggulan pertumbuhannya juga biaya produksinya yang relatif lebih rendah. Kegiatan restocking di perairan umum perlu terus ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat sekitar situ (kolam) atau sungai sebagai pengelola dan pengawas, sehingga dapat diatur musim penangkapannya, dan alat yang boleh dioperasikan. Budidaya udang tambak merupakan prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan dipantai selatan Garut, hal ini didukung oleh kondisi perairan yang belum tercemar bila dibandingkan dengan perairan pantai utara Jawa. Kegiatan perikanan laut nampaknya perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten Garut. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan potensi perikanan laut yang cukup besar ini adalah dengan pemberdayaan nelayan, peningkatan sarana dan prasarana, bantuan modal dan bimbingan. Serta penetapan kawasan pantai Garut Selatan sebagai daerah pengembangan agribisnis berbasis usaha perikanan. Komoditas unik perikanan darat dari Kabupaten Garut yang bisa dikembangkan adalah ikan nilem (Osteochilus hasselti). Kabupaten Garut merupakan sentra penghasil ikan nilem yang cukup potensial di Jawa Barat, dengan daerah Tarogong sebagai sentranya. Ikan nilem ini mempunyai beberapa keunggulan yang bisa dijadikan ikan khas Kabupaten Garut, yaitu rasanya yang gurih, potensi telurnya cukup tinggi sehingga bisa diolah menjadi berbagai produks yang mempunyai nilai jual cukup tinggi selain olahan tradisional ”pindang” yang sudah biasa dikembangkan seperti: ”Presto ikan nilem”, ”babby fish”, ”Caviar (telur) ikan nilem”. Di pesisir perairan Kabupaten Garut banyak nelayan yang mengambil rumput laut (makroalga) dari alam terutama dari genus Eucheuma, Gracillaria, Sargassum dan Gelidium. Makroalga tersebut umumnya dijual ke para bakul, sebagai bahan baku pembuat makanan, misalnya untuk agar-agar dan dodol agar. Rumput laut ini juga merupakan bahan baku untuk industri minuman, makanan dan farmasi. Sehingga komoditas rumput laut ini merupakan komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di pesisir selatan Garut. Sampai saat ini, pengolah rumput laut terdapat di Kecamatan Cikelet sedangkan “bakul” atau pengumpul rumput laut tersebar di seluruh desa pantai mulai dari Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti dan Caringin. Metode budidaya untuk rumput laut juga, bukanlah hal yang sulit, karena berbagai teknik bisa dilakukan seperti teknik lepas dasar, long line juga budidaya rumput laut di tambak. Dengan demikian kegiatan perikanan laut yang bisa dikembangkan di pantai selatan Garut adalah kegiatan budidaya rumput laut, budidaya tambak udang dan perikanan tangkap. Kegiatan ini bisa dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan pantai dengan sentra pengembangan adalah Kecamatan Cikelet, karena dukungan adanya Pangkalan Pendaratan Ikan Cilauteureun, alat dan armada penangkapan yang cukup besar, serta pelaku pengolahan dan pemasaran hasil.***[sumber;bastiawanande.blogspot.com] Sumber Berita: www.teraskreasi.com http://ayokegarut.com/berita-potensi-agribisnis-kabupaten-garut.html#ixzz2l6NKxglj

SEKILAS INFO BBH CISURUPAN,GARUT

SEKILAS INFO BBH CISURUPAN,GARUT Cetak E-mail Sumber : DR. Ir. Yul H. Bahar Rabu, 31 Desember 2008 ImageBalai Benih Hortikultura Cisurupan, merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di bawah Dinas Pertanian Kabupaten Garut, dengan prioritas kegiatan dan pelayanan adalah pengembangan benih jeruk keprok Garut. Lokasi BBH ini cukup strategis, berada dipinggir jalan menuju Cikajang dan Cisompet, tepatnya berada di Desa Balewangi Kecamatan Cisurupan (kabupaten Garut). Jeruk keprok Garut merupakan salah satu komoditas unggulan daerah Garut dan sekaligus juga merupakan komoditas unggulan nasional yang sudah banyak dikenal masyarakat. Suatu ironi yang dihadapi yaitu mulai tahun 1980 produksi dan pamor jeruk garut terus menurun. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; terjadinya serangan hama penyakit CVPD, lemahnya permodalan para petani sehingga tidak mampu memberikan asupan yang cukup kepada tanaman, serta terdesak oleh jeruk lokal dari daerah lain ataupun jeruk impor. Menghadapi permasalahan dan dilema ini, Pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan semenjak tahun 1991 telah mengambil keputusan melalui Program Penyelamatan dan Rehabilitasi Jeruk Garut. Langkah pertama yang dilakukan adalah memprioritaskan aspek pembenahan perbenihan Jeruk Garut, dengan membangun Blok Pondasi Mata Tempel (BPMT) di Cisurupan, yang saat ini telah bekembang menjadi Balai Benih Induk Hortikultura, Pembangunan BPMT Jeruk Pembangunan BPMT Jeruk mulai dilaksanakan pada tahun 1992 yang didanai dari APBN untuk membangun beberapa fasilitas dan sarana, antara lain; 7 (tujuh) unit Screen House, sarana air bersih sepanjang 2000 meter, 1 (satu) unit Laboratorium benih, 1 (satu) unit kantor dan 1 (satu) unit gudang. Aktifitas BPMT dimulai pada tahun 1994/1995 yang pengelolalannya dikendalikan langsung oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan pada tahap awal yaitu : pengadaan Pohon Induk Jeruk Keprok Garut sebanyak 2500 pohon, penanaman Kebun Produksi sebanyak 400 pohon, penanaman Batang Bawah sebanyak 5000 pohon serta peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia melalui pelatihan bagi aparat (staff), penangkar benih dan petani jeruk. Namun demikian pada saat tersebut, BPMT ini kurang berkembang dan tidak terawat baik, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal, antara lain; kontinuitas progam BPMT sebagai pemasok mata tempel dan benih jeruk tidak berjalan baik, informasi dan progresnya tidak terlihat jelas. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan beberapa tahun kemudian, benih jeruk yang ditanam (mata tempel bersumber dari BPMT), setelah berproduksi diketahui menjadi tidak seperti yang diharapkan, karena terdiri dari beberapa jenis. Hal ini tentunya menimbulkan kekecewaan petani produsen jeruk dan sekaligus berdampak pada tidak tercapainya sasaran. Pengembangan Status Dan Fungsi Menghadapi dilema, fakta dan tantangan dalam pengembangan jeruk Garut itu, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang tinggi bagi pengembangan jeruk Garut, maka perhatian dan kebijakan serius diberikan bagi pengembangan Balai Benih Horikultura. Pada tahun 2004 status BPMT ditingkatkan menjadi UPTD Balai Benih Hortikultura (BBH). Perubahan ini sejalan dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menetapkan penyelengggaraan pertanian menjadi urusan Pemerintah Kabupaten. Pada Tahun 2004 dengan dikeluarkannya PERDA nomor 315 Tahun 2004 tentang SOTK, Dinas Pertanian Tanaman Pangan digabung dengan Dinas Perkebunan menjadi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP). UPTD Balai Benih Hortikultura (BBH) Cisurupan merupakan kepanjangan tangan Dinas TPHP yang khusus mengelola bidang Pengembangan Pembibitan Buah-buahan dan Sayuran Berdasrkan PERDA 315, Tugas Pokok yang diemban oleh UPTD BBH Cisurupan adalah; memimpin, mengkoordinasikan, mengendalikan dalam Pembinaan dan Pelayanan di Bidang Perbenihan Tanaman Hortikultura. Sementara itu fungsi-fungsi yang diemban yaitu; Memberikan pelayanan dan pembinaan dalam pengadaan, penggandaan mata tempel jeruk dan komoditi Tanaman Hortikultura lainnya Menertibkan sistem dan mekanisme pengadaan Pohon Induk Jeruk garut Pengkoordinasian tugas dan Lembaga/Sub Unit Kerja terkait di Bidang Pembibitan Jeruk Melaksanakan kajian dan analisis dalam proses pemurnian dan pengembangan benih tanaman hortikultura Memberikan informasi perkembangan teknologi di Bidang Pembibitan komoditi hortikultura Menyusun dan mengolah data program/kegiatan kerja jangka pendek, menengah dan panjang di bidang pembibitan tanaman hortikultura UPTD BBH Cisurupan dipimpin oleh seorang kepala unit setara eselon IV/a dan membawahi beberapa Sub Unit Kerja, antara lain: Pemeliharaan pohon Induk dan Screen House, Pemeliharaan Kebun Bibit dan Kebun Produksi, Pemeliharaan Tanaman Hias, serta Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium. Kondisi BBH Pada Tahun 2006 dan 2007 prioritas utama BBH adalah pelaksanaan program Pengembangan Bebih Jeruk, khususnya jeruk keprok Garut. Untuk itu BBH telah dilengkapi dengan penempatan sumberdaya aparat, sarana perkantoran, screen house, laboratorium benih, rumah jaga dll. Saat ini BBH mempunyai lahan seluas 1 Ha, dengan perkembangan permintaan benih dan cakupan fungsi dan tugas yang cukup besar, maka luas lahan perbenihan ini terasa sangat kurang, ini merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dewasa ini. Keadaan sarana dan prasarana yang perlu mendapatkan perhatian ntuk perbaikan dan rehabilitasi adalah; Screen house 7 (tujuh) unit yang berisi Pohon Induk Jeruk dengan kondisi fisik perlu direhabilitasi, laboratorium 1 (satu) unit belum operasional karena daya listrik belum memadai. BBH juga punya sarana Air Bersih 1 (satu) unit dengan debit air 300 mm/detik, green House 2 (dua) unit yang diisi dengan aneka tanaman hias, Kebun Bibit Jeruk 1 (satu) unit dan Kebun Produksi 1 (satu) unit. Pohon Induk Jeruk yang dimiliki dewasa ini terdiri dari; 1) Pohon Induk Jeruk Keprok Garut sebanyak 700 pohon (peremajaan tahun 2007), 2) Pohon Induk Jeruk Siem 50 pohon (kelas BP, diadakan tahun 2003), 3) Jeruk Koleksi 80 pohon (Nagami, Primong, Palensia, Purut Limau, Nipis Taiwan, Sokade, Konde, Manis). Mulai bulan April 2006, setiap tahunnya BBH terus berupaya mengadakan mata tempel Jeruk Garut dan telah terserap Petani Penangkar yang dialokasikan ke sentra produksi di daerah sekitarnya. Pengadaan benih untuk memenuhi permintaan kebutuhan benih Jeruk Garut sampai saat ini kurang lebih 50.000 pohon benih per tahun. Program Kerja Lima Tahun (2006 – 2010) Dalam mengemban tugas selama periode sekarang, BBH telah menetapkan program kerja lima tahun, pada periode 2006-2010, dengan rincian sebagai berikut: 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Lingkungan UPTD BBH dan BPMT, antara lain meliputi; Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih Rehabilitasi Screen House dan Laboratorium berikut sarana penunjang Pengadaan sarana/alat penunjang pertanian Pembuatan kolam penampung air Pembangunan green house tanaman hias Pemasangan Springkler pada setiap screen house, jaringan perpipaan di lingkungan BBH-BPMT 2. Peningkatan Fungsi BPMT Jeruk, Pembibitan dan Kebun Produksi Peremajaan dan sistem mekanisme pengadaan pohon Induk Jeruk Garut Pengadaan Bibit Jeruk yang sehat Pengadaan mata tempel yang sehat Pemeliharaan kebun produksi Pengendalian hama penyakit tanaman (OPT) 3. Pengembangan Fungsi BPMT Jeruk, Pembibitan dan Kebun Produksi Pengadaan aneka tanaman hias Pengadaan bunga potong Pengadaan tanaman buah-buahan lainnya Pengadaan tanaman sayuran Pengadaan tanaman obat-obatan 4. Peningkatan dan Pengembangan Kualitas SDM UPTD BBH Melakukan dan mengikuti pelatihan teknologi perbenihan Pelatihan teknologi dan pengelolaan Laboratorium Pengadaan sumber daya aparat yang trampil 5. Peningkatan Fungsi BPMT Jeruk, Pembibitan dan Kebun Produksi Pengadaan benih bersertifikat kerjasama dengan BPSB Determinasi pohon induk buah-buahan Pengendalian hama/penyakit buah dan sayur Melakukan indeksing pohon induk jeruk Uji coba proses pemurnian benih tanaman sayuran Pengadaan pohon induk Jeruk Garut yang bersumber dari pohon induk tunggal (PIT) Pengadaan bibit Jeruk Garut bebas hama/penyakit Mengacu kepada program kerja lima tahunan yang telah ditetapkan tersebut, maka sejauh ini berbagai kegiatan dan pelayanan telah diberikan dalam melaksanakan pengembangan perbenihan di kabupaten Garut. Untuk melaksanakan rencana kegiatan dan pelayanan tersebut selama ini telah mendapat dukungan dana dari DAU, DAK, APBD serta swadaya murni dari hasil kegiatan UPTD BBH Cisurupan. Disamping itu dukungan fasilitasi, bantuan sarana dan kerjasama dari berbagai institusi juga telah didapatkan, baik melalui pemerintah pusat, provinsi maupun pelaku usaha. Epilog dan Harapan Misi utama BBH ini adalah mendukung upaya untuk memgembalikan pamor dan kejayaan jeruk keprok Garut. Berbagai program, kegiatan, fasilitas dan sarana telah dikerahkan dari berbagai sumber untuk mendukung program ini. Benih merupakan salah satu faktor dan kunci utama dalam meraih sasaran tersebut, karena itu pembenahan dan pemberdayaan BBH Cisurupan telah dilakukan melalui perpaduaan dengan program dan kegiatan produksi, maupun pembinaan produsen jeruk. Keterbatasan sumberdaya manusia yang kompeten, yang punya latar belakang ilmu dan keahlian merupakan salah satu pemasalahan yang dihadapi. Disamping itu luas lahan yang hanya 1 Ha menyulitkan untuk melakukn pengembangan kegiatan dan pelayanan kepada produsen hortikultura. Dalam pembenahan dan meningkatankan pelayanan sangat diharapkan agar masalah ini dapat ditangani secara serius, tentunya atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak dan institusi. Pemutakhiran Terakhir ( Rabu, 31 Desember 2008 ) Sumber :http://dinaspertaniangarut.blogspot.com/2009/08/sekilas-info-bbh-cisurupangarut.html

Visi misi Kabupaten Garut

Penjelasan Tentang Visi Kabupaten Garut Masa depan Pemerintahan Kabupaten Garut akan ditentukan oleh kondisi kepemerintahan dan kehidupan kemasyarakatan dengan segala aspeknya; yang meliputi politik, ekonomi, sosial dan budaya, keamanan dan ketertiban. Sehubungan dengan hal itu Kabupaten Garut memiliki Visi filosofis yang berorientasi kedepan, menuju kehidupan yang lebih baik. Karena itu dapat pula dikatakan bahwa Visi merupakan cita-cita; cita-cita Kabupaten Garut tidak dibatasi oleh waktu, namun hanya dibatasi oleh �ruang� yakni �Kabupaten Garut�, cita-cita dimaksud dinyatakan dalam Visi �Terwujudnya Garut Pangirutan yang Tata Tengtrem Kerta Raharja Menuju Ridla Allah� Cita-cita ideal Kabupaten Garut, tercermin dari kalimat �tata tengtrem kerta raharja� yang artinya, berkat segala peraturan dilaksanakan dengan konsisten dan konsekuen, maka akan mewujudkan ketentraman yang dapat menimbulkan semangat kerja, sehingga akhirnya tercapailah kebahagiaan hidup lahir dan bathin. Untuk mewujudkan cita-cita ideal Garut, seyogyanya terlebih dahulu dimulai dengan me�raharja�kan masyarakat, terutama kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan yang diwujudkan secara bertahap dan sistimatis akan berdampak terhadap tumbuhnya keamanan (kerta) yang diikuti ketrentraman (tengtrem). Apabila tahapan ini sudah dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, maka penataan kehidupan dan lingkungan melalui penegakkan peraturan akan lebih mudah dilaksanakan. Visi Terwujudnya Garut Pangirutan Yang Tata Tengtrem Kerta Raharja Menuju Ridho Allah SWT (Penjelasan) Misi • Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintah Yang Amanah, Yang Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum, Demokrasi dan Ham; • Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; • Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama; • Menggali dan Memanfaatkan Sumber Daya Alam dan Buatan Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan; • Memberdayakan Sistem Ekonomi Kerakyatan Yang Bertumpu Pada Potensi Lokal dan Mekanisme Pasar; • Mewujudkan Garut Sebagai Daerah Agribisnis, Agro Industri; • Mewujudkan Garut Sebagai Daerah Pariwisata Disertai Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya Lokal. Strategi • Peningkatan kualitas kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan “Good Governance”; • Penegakkan supremasi hukum, demokrasi dan hak azasi manusia; • Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan melalui pengembangan pendidikan melalui pengembangan pendidikan formal dan pendidikan luar sekolah; • Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan pelayanan kesehatan masyarakat; • Peningkatan kualitas kehidupan beragama, fasilitas peribadatan dan pendidikan keagamaan; • Pengelolaan sumber daya alam dan buatan dengan memperhatikan aspek manfaat dan resiko terhadap lingkungan; • Optimalisasi penataan ruang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan; • Peningkatan kualitas dan kuantitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan; • Pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi; • Peningkatan sarana dan prasarana transportasi, Pos dan Telekomunikasi, Komunikasi dan Media Massa untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan; • Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana, serta sumber daya manusia; • Pemeliharaan dan pengembangan seni budaya sebagai identitas daerah; • Pengentasan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja dan penanganan daerah tertinggal.

Sejarah Garut

Latar Belakang Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit. Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak. Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut". Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk. Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). | Kembali ke atas | Perkembangan Fisik Kota Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat. Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar. Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk. | Kembali ke atas | Keadaan Umum Kota Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut. Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel. Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata. | Kembali ke atas | Penetapan Hari Jadi Garut Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kabupaten Garut No. 30 Tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada tanggal 16 Februari 1813. Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918. Perubahan akhir : 31/12/2010